sabadesa.id – Pembangunan sumber daya manusia yang unggul, sehat dan berkualitas adalah kunci kesuksesan bagi suatu negara. Saat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan besar, yaitu tingginya angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan stunting.
Pada tahun 2014 tingkat kematian ibu dan bayi di Kabupaten Sukabumi lumayan tinggi sehingga kabupaten sukabumi berada urutan tertinggi kedua se-Jawa Barat. Kemudian pemerintah kabupaten Sukabumi berupaya bagaimana caranya menurunkan AKI-AKB tersebut agar kualitas kesehatan dan pelayanan Masyarakat menjadi lebih baik.
Dodi Rukman Meidianto yang sekarang menjabat sebagai Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik punya pengalaman menarik selama menjabat sebagai Camat Cikembar pada tahun 2014-2016. Salah satunya cerita tentang bagaimana upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi di kecamatan cikembar.
Saat ditemui tim sabadesa di ruang pendopo Kabupaten Sukabumi dodi menceritakan secara gamblang pengalamannya ketika menjadi camat dalam menangani isu AKI-AKB. “Tahun 2014 semasa saya menjabat sebagai Camat Cikembar, Angka Kematian Ibu dan Bayi begitu tinggi disana, dan ini merupakan masalah serius yang perlu penanganan secara serius pula.”ungkapnya.
Dodi juga menambahkan Tingginya angka kematian ibu dan bayi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masih banyaknya penanganan kelahiran secara tradisional (dukun beranak), telatnya penanganan secara medis, Psikologis masyarakat yang tidak mau di tangani medis, serta minimnya pendapatan ekonomi Masyarakat sehingga tidak terkendala biaya. Dari faktor-faktor tersebut kita mengambil langkah kebijakan strategis untuk menenakan angka kematian ibu dan bayi.
Dalam menekan angka kematian ibu dan bayi dicikembar dodi mempunyai trik dan strategi tersendiri untuk menekan tingginya AKI-AKB yang dilakukan adalah membangun komunikasi yang intens dengan muspika kecamatan, membangun kemitraan antara bidan dan paraji (dukun beranak) serta memberikan layanan prima kepada ibu hamil yang akan melahirkan.
“Sebagai langkah preventif kita undang semua dukun beranak, bidan dan kader posyandu, kita berikan pemahaman, menyamakan persepsi tentang pentingnya membangun komunikasi dalam menangai ibu hamil yang beresiko tinggi. Semua paraji harus melaporkan ke bidan siapa saja ibu hamil yang mereka tangani kemudian bidan akan pantau perkembangan kandungan tersebut, jika hasil pemeriksaan ternyata berpotensi beresiko tinggi maka ibu hamil tersebut dalam pantauwan bidan dan tenaga kesehatan. Jika dalam penangan mengalami kendala maka saya akan turun tangan secara langsung baik itu dikarenakan enggannya untuk di tangani medis maupun keterbatasan biaya. Jika keterbatasan biaya kita suport kebutuhannya, jika enggan karena kebiasaan lamanya maka saya, kapolsek dan danramil akan mendatangi rumahnya supaya mau dirujuk ditangani medis. Dan itu alhamdulilah berhasil.” Terangnya
“Bahkan lanjtnya mobil operasional camat saya gunakan untuk mengantar ibu hamil yang beresiko tinggi dikarenakan keterbatasan sarana transportasi (ambulance). Bahkan ada juga ibu hamil yang tidak mau menggunakan ambulan, maunya menggunakan angkutan umum maka kita pun sediakan yang pasti bagaimana caranya mereka mau di rujuk di tangani secara medis semua itu kita lakukan demi keselamatan ibu dan bayi saat melahirkan, karena ini berkaitan dengan nyawa manusia”.
Dodi juga berpesan kepada siapa saja yang akan terlibat menangani isu AKI-AKB jangan hanya memandang hanya sebatas program, tetapi ini harus di pandang sebagai misi kemanusiaan, karena ini hubungannya dengan nyawa manusia. Pungkasnya